Penemuan resep panjang umur dari sejumlah ilmu pengetahuan menjadi hal yang paling diidam-idamkan oleh ilmuan. Beberapa penelitian seringkali mengaitkan agama yang erat kaitannya dengan umur hidup manusia.

Seperti sebuah penelitian yang diterbitkan dalam JAMA Internal Medicine tahun 2016, mengklaim bahwa perempuan yang menghadiri kegiatan keagamaan minimal sekali seminggu memiliki risiko kematian 33 persen lebih rendah dibandingkan orang lain yang tidak pernah mengikuti kegiatan agama. Apa dasar dari hipotesis tersebut?

Rupanya, penelitian itu telah dilakukan selama 16 tahun. Penelitian itu mengatakan, Anda tak harus menjadi ustad, imam, biarawati, pastor atau pemuka agama lainnya hanya untuk bisa mencapai hidup panjang umur.

Kemudian, salah satu penulis penelitian JAMA, Tyler VanderWeele juga mengungkapkan bahwa faktor-faktor religi memiliki kendali diri dan tujuan hidup yang merupakan faktor panjang umur. Profesor epidemiologi Harvard T.H. Chan School of Public Health pun mencontohkan beberapa fakto tersebut adalah bersosialisasi, dukungan sosial, sikap optimis.

Begitu pula dengan penelitian yang terbit tahun 2017 di PLOS One, mengatakan jamaah yang rutin menghadiri kegiatan agama menunjukkan penurunan tingkat stres tubuh secara signifikan. Mereka cenderung memiliki harapan hidup lebih tinggi, 55 persen lebih banyak dibanding orang yang jarang mengunjungi gereja, masjid, kuil dan lain sebagainya. Penelitian tersebut diambil dari hasil mengikuti partisipan selama 18 tahun.

Namun, perlu digaris bawahi, hal itu hanyalah prediksi umur dari manusia saja. Jika ingin panjang umur, maka harus melakukan pola hidup yang baik dan sehat. Sebab, takdir umur sudah ditentukan oleh Yang Maha Kuasa sejak sebelum kita dilahirkan.