Pengumuman Terbaru

Promosi Backlink Dan Iklan Di Website Lampu Hijau - Dapatkan strategi SEO terbaik untuk meningkatkan trafik organik serta solusi periklanan yang tepat sasaran.

Daftar Sekarang!

Ingat! Allah Bayar secara Tunai . . .


Foto Profil Penulis Dika Mustika
Ingat! Allah Bayar secara Tunai . . .
Ingat! Allah Bayar secara Tunai . . .

Saat itu, Sang Ustadz tengah pergi ke suatu Rumah Panti Jompo. Lantaran ada sahabatnya yang meminta bantuannya untuk menyalurkan sesuatu kepada orang miskin. Ustadz itu kemudian membeli kain sarung, roti, dan lain-lain.

Lalu, ia berniat berkunjung ke panti jompo yang ia kenal. Ketika tiba di panti jompo, ia melihat seorang ibu tua berlari dari asrama (panti) mendekatinya.

"Ye... Ye... Anak aku datang, Anak aku datang, Senangnya anak aku datang..," tutur ibu tersebut dengan wajah sangat bahagia.

Namun Ustadz tidak mengenali ibu tersebut, bahkan hingga ibu itu memeluknya dan menciumnya pun ia tetap tidak mengenal.

Akhirnya ibu itu berkata, "Nak... Kenapa kamu meninggalkan ibu di sini, Nak. Ibu mau pulang... Ibu rindu rumah kita..."

Ustadz dengan perasaan campur aduk dan pikiran yang bingung pun tak bisa berkata apa-apa.

"Bu..." kata Ustadz sambil memegang tangan dan memandang ibu itu.

"Sampai hati nak, Kau tak mengaku aku ini ibu kau..." ibunya pun mengaku.

Ustadz itu membayangkan bagaimana perasaan seorang ibu yang begitu rindu pada anaknya, dan ia mencoba berpura-pura menjadi anaknya sembari berkata, "Bu... Maafkan saya ya..."

Sang Ustadz yang masih bingung memegang tangan ibu lagi dan mengajak duduk di atas kursi. Ia ambil sesobek roti yang kemudian disuapkan ke mulut ibu. Ia tak menyadari jika air matanya tengah menetes. Sebab, ia tengah membayangkan hati seorang ibu yang rindu kepada anaknya.

Ibu itu pun juga meneteskan air mata. Ustadz mencoba mengusapinya.

Sang ibu kembali memegang tangan Ustadz, dan Subhana Allah... Ustadz pu lagi-lagi merasakan bagaimana perasaan beliau yang begitu rindu kepada anaknya.

Di saat Ustadz hendak pulang, ibu memegang kakinya sambil berkata, "Nak... Jangan tinggalkan ibu, Nak. Ibu mau balik, Ibu mau pulang..."

Akhirnya Ustadz pun meminta izin dengan pihak pengawas panti. Dengan rasa penasaran sangat bergejolak, Ustadz pun melihat data ibu itu yang ternyata anaknya ada 5 orang. Paling besar bergelar Tan Sri, seseorang yang kaya, punya nama besar, dan hebat orangnya.

Kemudian saat Ustadz izin pulang, ibu itu memegang baju Ustadz dan bilang mau ikut pulang. 

"Di mobil ada banyak barang," kata Ustadz.

"Tak apa. Saya duduk sama barang-barang itu," kata ibu.

Ustadz pun izin ke pengelola panti untuk membawa ibu itu selama 5 hari saja.

Saat tinggal bersama di rumah Ustadz, ibu sebagai makmum dalam sholat Subuh dengan saya imamnya.

Ketika Ustadz baca doa, ia selalu meliaht air mata ibu jatuh. Selesai doa, Ustadz salami dan cium tangan ibu.

"Bu...Maafkan saya ya…," kata Ustadz.

Waktu itu, Ustadz tak membayangkan kalau ibunya sudah meninggal. Yang dipikirannya hanyalah ibu itu adalah ibu kandungnya. Sebab ibu itu sangat rindu pada anak-anaknya.

Di hari ketiga di rumah saya, waktu sholat Isya', selesai doa Ustadz salami ibu kembali. Ibu melapisi  tangannya dengan kain mukenanya, 

"Bu... Kenapa ibu lapisi tangan ibu? 2 hari yang lalu ibu salam, Ibu tak lapisi tangan ibu dengan saya, Kenapa hari ini ibu lapisi tangan?" Tanya Ustadz.

Ia bilang, "Ustadz... Kau bukan anak saya kan..."

Subhanaallah... Tiba-tiba ibu menyebut nama laki-laki yang telah menolongnya itu "Ustadz".

"Kenapa ibu panggil saya ustadz? Saya anak ibu..." jawabnya.

"Bukan... Kalau anak saya dia tak akan seperti ini, kalau anak saya dia tak akan jadi imam saya, kalau anak saya dia tak akan suap saya makan..." ungkapnya.

Bayangkan sahabat-sahabat bagaimana perasaan ibu ini?

Spontan Ustadz memegang tangan ibu, memeluk ibu. Sambil menangis, Ustadz bilang, "Bu... Walaupun ibu bukan ibu saya, tapi saya sayang ibu seperti ibu saya..."

Alasan ia memegang tangan ibu itu karena tahu hatinya sangat rindu dengan anaknya.

"Bu... Walaupun ibu saya telah tiada, tapi ibu boleh ganti menjadi ibu saya, Ibu duduklah di sini..."

Saat makan, Ustadz menyuapkan nasi ke mulut ibu. Namun ibu itu memuntahkan balik makanan dari mulutnya.

"Kenapa, Bu?" tanya Sang Ustadz.

Tiba-tiba wajah ibu memucat, kemudian Ustadz angkat ibu itu dan memanggil ambulan untuk mengantarkannya ke rumah sakit.

Setibanya di RS, Ustadz merebahkan ibu itu.

Ibu itupun masih bisa memberikan respon.

"Ustaz... Kalau saya mati, tolong jangan beritahu seorang pun anak saya. Kalau saya sudah mati, jangan beritahu mereka di mana makam saya. Kalau mereka tahu di mana kubur saya, jangan izinkan dia pegang batu nisan saya..." pinta Sang Ibu.

"Bu... Jangan ngomong seperti itu, Bu..." jawabnya.

Sontak, istri Ustadz dan anak Ustadz pun menangis di sebelah sambil memegang ibu itu.

"Bu... Jangan ngomong seperti itu, Bu..."

Ibu itu menggelengkan kepalanya. Rupa-rupanya itulah saat penghujung hayatnya. Hingga akhirnya dia pun meninggal di atas ribaan Ustadz. Dia meninggal dalam pelukan Ustadz. Ustadz pun mendoakan Ibu Hajjah Khalijah itu agar ruhnya mudah-mudahan bersama Salafusoleh.

Selepas wafatnya ibu ini, ternyata berita kematiannya sampai juga kepada anak sulungnya.

Anaknya sempat menelpon Ustadz.

"Saya akan bawa Anda ke pengadilan, saya akan tuntut Anda karena telah membawa keluar ibu saya dari dari Panti Jompo."

Selama 3 tahun anak itu memang telah menitipkannya di panti hingga ibunya tak bisa membedakan Ustadz dengan anaknya, sebab anaknya tak pernah pergi menjenguknya.

Hampir setahun sudah Ustadz menunggu kedatangannya, hal yang tak terduga ia dipertemukan anak kandung dari ibu itu, saat pergi ceramah di Masjid di daerah pecinaan, 

Selesai Ustadz ceramah, datang seorang lelaki memeluknya sambil menangis.

"Pak, Ada apa ini? Ada masalah apa...?" tanya orang yang ada di dalam masjid.

" Ustadz... Tolong kasih tahu di mana makam ibu saya Ustadz? Tolong kasih tahu di mana kubur ibu saya?" katanya.

"Kenapa hari ini baru tanya kubur ibu kamu?" tanya Ustadz.

"Tolonglah Ustadz... Saya ingin bertemu dengan ibu saya Ustadz, Sayalah orang yang bergelar Tan Sri yang mau menuntut Ustadz saat itu... Saya sekarang ini sudah bangkrut Ustadz. Isteri saya mati kecelakaan, rumah disita bank, mobil mewah saya semua sudah disita bank, hanya tinggal 1 saja, motor tua itu..." jelasnya.

"Saya bisa tunjukkan makam ibu kamu, tapi dengan 1 syarat, kamu jangan memegang batu nisan ibu kamu..." Ustadz menjelaskan.

Sampai di pemakaman, Ustadz tak sempat turun dari mobil, Tan Sri turun lebih dulu.

Namun, tiba-tiba, Ustadz lihat di depan matanya sendiri bahwa Tan Sri jatuh tersungkur dan tangannya menjadi hitam, mulutnya tertarik sebelah. Awalnya tangan dan mulutnya baik-baik saja.

Sambil memanggil-manggil, ia berkata, "Ibu... Ibuuu... Ibuuuuu..."

Saat Ustadz akan mengangkatnya, belum sampai jejak langkah Ustadz ke makam ibunya, Tan sudah hembuskan nafas terakhir di samping makam ibunya.

Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar…

Rupanya ini semua adalah rahasia Allah, yang ditunjukkanNya pada Ustadz.

Sosok anak yang durhaka kepada ibunya tak akan menjadikannya sukses hidup di dunia apalagi di akhirat. Hanya Allah lah yang tahu.

Semoga kisah ini menjadi sekapur sirih yang menyentuh hati dan terus diingat sebagai nasihat hidup. Ambillah iktiar dari kisah di atas.

Dan apabila mata ibu kita sudah tertutup, maka hilanglah satu keberkatan disisi Allah SWT, yaitu doa seorang ibu. Alangkah meruginya kita apabila menyianyiakan keberadaan ibu di dunia ini.


Tryout.id: Solusi Pasti Lulus Ujian, Tes Kerja, dan Masuk Kuliah Banner Bersponsor

Suka

Tag Terkait



Kirim Komentar


0 / 1000



Pantau Reputasi Online Anda Dengan RajaMonitoring.com Banner Bersponsor

Trending


Lihat lainnya

Blogroll


Kategori Populer


Tag Populer


Jasa Buzzer Viral View Like Komen Share Posting Download, Menggiring Opini Publik Banner Bersponsor

Terbaru


Lihat lainnya

Pengumuman Terbaru

Promosi Backlink Dan Iklan Di Website Lampu Hijau

Dapatkan strategi SEO terbaik untuk meningkatkan trafik organik serta solusi periklanan yang tepat sasaran.